asal usl terbentuk nya negara madagascar

Asal-usul pembentukan negara Madagascar berkaitan dengan sejarah dan perkembangan penduduk serta kolonialisasi di pulau tersebut. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai asal-usul terbentuknya negara Madagascar:


1. **Migrasi dan Penduduk Awal**: Madagascar dihuni oleh manusia pertama kali sekitar abad ke-1 ke-5 Masehi. Penduduk awalnya berasal dari dua kelompok utama: penduduk dari Asia Tenggara dan Indonesia (terutama dari kepulauan Melayu dan Nusantara) serta penduduk dari Afrika bagian timur dan selatan. Kedua kelompok ini membawa budaya dan bahasa yang berbeda, yang kemudian bercampur di pulau tersebut.


2. **Perkembangan Kerajaan-kerajaan Tradisional**: Seiring waktu, berbagai kerajaan dan kerajaan kecil muncul di Madagascar, seperti kerajaan Merina di dataran tinggi tengah dan kerajaan Betsimisaraka di pantai timur. Kerajaan Merina menjadi kekuatan utama pada abad ke-19 dan akhirnya menyatukan sebagian besar pulau.


3. **Penjajahan Prancis**: Pada akhir abad ke-19, Prancis mulai menguasai Madagascar melalui berbagai konflik dan perjanjian. Pada tahun 1897, Madagascar secara resmi menjadi koloni Prancis setelah penaklukan oleh pasukan kolonial Prancis.


4. **Kemerdekaan**: Setelah Perang Dunia II dan perjuangan panjang, Madagascar memperoleh kemerdekaan dari Prancis pada tanggal 26 Juni 1960. Setelah kemerdekaan, Madagascar membentuk negara merdeka yang diatur oleh pemerintahan sendiri.


5. **Pembentukan Negara Modern**: Sejak kemerdekaan, Madagascar mengalami berbagai perubahan politik, termasuk periode pemerintahan otoriter dan demokratis. Negara ini kini diakui secara internasional sebagai Republik Madagascar, dengan sistem pemerintahan republik.


Secara singkat, asal-usul terbentuknya negara Madagascar adalah hasil dari migrasi awal dari Asia dan Afrika, perkembangan kerajaan-kerajaan tradisional, kolonialisasi oleh Prancis, dan akhirnya kemerdekaan yang membentuk negara modern saat ini.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

cerita perang kerajaan mataram part 15

Gambar
Refleksi sejarah masa lalu yang bisa kita ambil untuk Indonesia kedepan , bahwa bangsa ini adalah bangsa yang mempunyai kebudayaan sangat tinggi dan adi luhung , dimana bangsa bangsa lain dibelahan bumi lainya masih belum berbudaya dan menguasai tehnis rancang bangun Nenek moyang kita sudah menguasai nya, bahwa bangsa ini juga sudah pernah mengalami perang agama di Nusantara yang merupakan perang agama terbesar saat itu, dan bisa berahir karena sifat keteladanan dan kebijakan serta kebesaran hati dari pemimpin nya saat itu yakni Raja Sri Maharaja Samaratungga dan anak nya Raja Sri Maharaja Rakai Pikatan serta Maha Dewi Pramoerdawardhani sebagai ratu dari wangsa Syailendra. 
Baca selengkapnya

cerita mataram kuno part 37

Gambar
  ada saat Maha Raja Rakai Pikatan yang beragama Hindu Siwa beristri Pramoerdawardhani dari wangsa Syailendra yang beragama Bhuda Mahayana, memerintahkan untuk membuat candi yang bercorak Hindu Siwa , untuk menandingi berdirinya candi Bhuda (Shambara Bhudura / Borobudur) maka Rakai Pikatan membangun candi Sewu yang bernama candi Prambanan pada tahun 850 Masehi, sebagai tempat ibadah bagi orang yang beragama Hindu Siwa , walaupun dalam pemerintahan Mataram saat Rakai Pikatan. Memerintah , baik agama Hindu Siwa maupun Bhuda Mahayana bisa hidup berdampingan , dengan damai mendapat jaminan dari Politik kerajaan saat itu. 
Baca selengkapnya

Cerita Rakyat Sumatra Barat: Legenda Malin Kundang part 5

Gambar
  Ketika sedang berlayar dalam perantauannya, sebuah kejadian buruk menimpa kapal yang ditumpangi Malin sehingga ia terdampar di sebuah pantai. Warga desa di pantai tersebut menyambut dan membantu Malin untuk tinggal dan bekerja di sana.  Malin bekerja dengan sangat rajin mengolah tanah desa yang subur dan menjadi semakin sukses. Malin memiliki 100 orang pekerja dan sejumlah kapal dagang sendiri. Setelah berhasil menjadi orang kaya, Malin pun mempersunting anak seorang saudagar kaya.  Sementara itu, Ibu Mande tidak pernah mendapatkan kabar apapun dari Malin selepas kepergiannya. Selama bertahun-tahun, Ibu Mande hanya bisa memandangi laut sambil berdoa agar anaknya selamat dan mengirimkan kabar, atau bahkan kembali ke desa. 
Baca selengkapnya